Menggapai puncak Japanese Matherhorn

yari8

Perjalanan kali ini sengaja saya lakukan pada akhir bulan April yang juga merupakan bulan terakhir keberadaan saya di negeri samurai ini. Kali ini pilihan saya jatuh pada YARI GA TAKE atau puncak Yari. Yari dalam bahasa Jepang artinya tombak, dan memang bentuk puncak ini runcing seperti tombak, selain itu puncak ini juga dikenal sebagai Japanese Matherhorn. Puncak ini berada di wilayah pegunungan Alpen Utara Jepang di daerah Nagano-ken. Pegunungan di wilayah ini dikenal juga dengan sebutan Japanese Alps, sebutan tersebut pertama kali diberikan oleh Walter Weston (1861-1940) seorang berkebangsaan Inggris sebagai orang asing yang pertama kali menemukan pegunungan ini. Kemudian beliau memperkenalkan kegiatan pendakian gunung kepada khalayak ramai. Sebelumnya kegiatan pendakian gunung merupakan kegiatan ritual yang hanya dilakukan oleh pendeta-pendeta agama shinto. Atas jasanya memperkenalkan Japanese Alps ini pada masyarakat dunia, maka di Kamikochi dibuatkan relief wajah beliau pada sebuah batu yang menghadap pada jajaran pegunungan sebelah timur dari alpen utara ini.

yari1Dari Tokyo sekitar jam 23:00 waktu setempat saya Berangkat dari stasiun bus malam di Shinjuku langsung direct menuju Kamikochi yang merupakan tempat awal pendakian. Sengaja pada pendakian kali ini saya memilih bus malam karena selain menghemat waktu dan juga lebih murah ketimbang memakai kereta. Bus terlihat penuh semua kursi terisi oleh pendaki yang akan mengunjungi pegunungan alpen utara ini. Menurut seorang pendaki besok akan ada upacara pembukaan dimulainya musim pendakian dan kunjungan turis di wilayah pengunungan ini. Resminya gunung ini tertutup pada musim dingin mulai bulan November sampai akhir April. Dan selama periode tersebut tidak ada transportasi yang menuju wilayah ini. disebabkan oleh jalan yang tertutup salju (hanya mobil pribadi yang bisa itu juga sampai parkiran yang berada kira-kira 10 km dari kamikochi. Akan tetapi tidak berarti tertutup sepenuhnya karena bagi para mountaineers di Jepang musim dingin adalah merupakan musin untuk latihan pendakian bersalju. Untuk itu mereka rela menempuh dengan jalan kaki dari tempat parkir mobil sampai ke Kamikochi yang jaraknya lumayan jauh. Diperjalanan ternyata saya tidak bisa tidur nyenyak seperti yang diharapkan, karena pendaki yang duduk disebelah saya tidur dengan mendengkur dan suaranya sangat menggangu sekali. Tapi saya tetap berusaha untuk tidur agar kondisi tubuh untuk pendakian esok harinya tidak menurun.

Pagi yang berkabut sekitar jam 06:00 bus yang ditumpangi memasuki terminal bus di Kamikochi, udara pagi yang lembab tidak mempengaruhi kesibukan para pendaki yang mempersiapkan diri untuk memulai pendakian. Ada beberapa puncak di pegunungan ini, kali ini yang menjadi target saya adalah YARI GA TAKE (3180m dpl). Puncak ini merupakan puncak yang nomer dua tinggi di alpen utara tapi merupakan yang terfavorit karena tingkat kesulitan untuk mencapai puncaknya. Setelah mempersiapkan diri, tepatnya jam 07.00 saya memulai perjalanan, jalur trekking pertama adalah menuju Myojin Hut. Jalan setapaknya cukup lebar dan terawat baik serta bisa ditempuh oleh kendaraan 4×4 atau kendaraan yang bersasis tinggi. Jalan setapak keluar masuk hutan cemara dan disebelah kiri terdapat bentangan jajaran puncak-puncak dan sungai Asuza-gawa yang berarus deras serta jernih. Tampak disepanjang pigiran jalan setapak onggokan salju yang masih tersisa, tapi dalam keadaan mulai mencair karena hangatnya matahari musim semi. Suhu berkisar cukup hangat yaitu sekitar 5° – 15° C.

Sampai di Myojin Hut sekitar 08.30, disini terdapat sebuah mountain hut yang cukup besar dan lengkap, dari sini terlihat jelas Myojin Peak. Selain itu tidak jauh dari pondok gunung ini terdapat sebuah telaga, tampak beberapa hiker duduk beristirahat. Wilayah alpen utara ini tidak hanya diramaikan oleh para snow mountaineers tapi juga oleh para hikers dan campers juga pemancing, bird wacther dan banyak kegiatan outdoors lainnya. Setelah beristirahat selama 30 menit perjalanan saya lanjutkan menuju Tokusawaen. Jalan setapaknya tetap seperti sebelumnya rapi dan bersih hanya dan kali ini mengikuti pinggiran sungai Asuza-gawa, sepanjang jalan setapak menuju Tokusawaen ini sudah lumayan bersih dari onggokan salju hanya sesekali masih ada itupun sudah mulai mencair oleh hangatnya matahari musim semi. Sementara suara aliran sungai Asuza-gawa yang jernih mengiringi langkah saya menuju Tokusawaen.

yari2Tokusawaen merupakan sebuah tempat areal perkemahan dan disini juga terdapat mountain hut yang baik sekali fasiitasnya. Dimusim panas banyak sekali yang camping disini. Saya sejenak istirahat disini, tampak juga beberapa pendaki lain tengah beristirahat, ada yang memasak mie diatas meja barbeque yang banyak terdapat disekitar areal camping ground. Karena malas untuk bongkar packingan, akhirnya saya memutuskan untuk jajan saja di mountain hut. Saya memasuki mountain hut yang terbuat dari kayu dan didalamnya ruangan ini terasa hangat sekali ini mungkin disebabkan oleh sebuat heater tua yang tengah menyala dan diatasnya ada teko besi besar berisi air panas. Kemudian saya memesan mie khas jepang yaitu Udon yang dicampur dengan jamur serta beberapa sayuran khas pegunungan alpen. Setelah menyantap Udon dan beristirahat lima menit, saya kembali melanjutkan perjalanan berikutnya menuju Yokosansoo. Jalan setapak dari Tokusawaen menuju Yokosanso ini masih tertutup oleh lapisan salju dan beberapa bagian sudah mengeras sehingga cukup licin untuk diinjak, sementara disebelah kiri jalan setapak mengalir deras sungai Asuza-gawa. Kepeleset sedikit alamat bakal terjun bebas ke dalam sungai. Selain itu juga beberapa bagian salju ada yang gembur sehingga kadang-kadang kaki cukup dalam terperosok, dan cukup menguras tenaga untuk melepaskan diri. Yokosanso juga merupakan tempat areal camping disini terdapat jalan bercabang yang merupakan sebuah jembatan yang membentang diatas sungai Asuza-gawa yang merupakan jalur menuju puncak Okuhoaka dake (3190m) yang merupakan puncak tertinggi di pengunungan alpen selatan ini. Pemandangan disini sangat indah, rencananya saya akan ngecamp disini pada saat perjalanan turun nanti. Istirahat disini cukup lima menit saja, karena saya harus sampai di lokasi camp pertama saya yaitu setelah Yarisawa longe hut. Mendekati Yarisawa jalur mulai mendaki dan tertutup salju tebal, tapi meski tanpa memakai crampoon cukup kompak untuk untuk diinjak. Setelah kira-kira 30 menit bergelut dengan tanjakan akhirnya sampai di Yarisawa Longe Hut, mountain hut ini seperti halnya kebanyakan pondok gunung di Jepang yang terawat rapi dan juga ada penunggunya. Saya beristirahat sejenak disini sembari menikmati hangatnya teh hijau.

Camp 1 masih berjarak 1 jam perjalanan dari sini. Menurut seorang pendaki yang kebetulan juga sedang beristirahat disini, jarak ke camp 1 bisa ditempuh 30 menit saja di musim panas, karena salju tidak banyak sehingga mudah untuk melangkah. Lima menit kemudian saya sudah mulai menapaki tanjakan dengan kemiringan 50° dan bersalju tebal. Tak lama setelah melewati satu punggungan tampak dari jauh puncak Yari ga Take yang menjulang seperti mata tombak. Pantas saja namanya Yari yang berarti mata tombak. Sampai di lokasi camp 1 jarum jam sudah menunjukan jam 17.00 sore. Sudah ada beberapa tenda yang berdiri. Saya mulai mencari tempat yang cukup kompak dan bersalju padat untuk mendirikan tenda. Ternyata semuanya gembur, ah….. saya kekurangan satu perlengkapan di gunung salju yaitu skop salju. Akhirnya saya meminjam skop dari sebuah tenda dan mulai membuat tempat untuk lokasi peraduan malam ini. Tempat camp ini berupa sebuah lembah yang diapit oleh dua punggungan, lembah inilah yang akan menjadi jalur pendakian menuju puncak Yari. Dan saya sempat ngobrol dengan pendaki yang nenda disini dia mengatakan kalau dua hari yang lalu ada avalanches (Losoran Salju) yang terjadi dan menewaskan dua pendaki. Tampak akhir bekas avalanches tersebut hanya berjarak 300 meter dari lokasi camp 1 ini. Wah… aman ngga ya..?? tapi setelah saya lihat keadaan sekeliling yang memungkinkan terjadinya avalanches kemungkinannya sedikit sekali. Ok… malam ini bisa tidur nyenyak…..mmmm…, saya masuk tenda dan mulai masak menu malam ini adalah beff curry dan sup kepiting.., sedap…….

yari6Pagi ini saya sengaja start agak cepat karena keadaan salju masih kompak dan cukup keras untuk diinjak dan ini akan sedikit banyaknya mempengaruhi kecepatan pendakian. Setelah memasang crampoon saya mulai perjalanan menuju puncak yari. Jalur pendakian mengikuti lembah dan terus sesampai didekat bekas avalanches saya melihat bongkahan salju yang berwarna sedikit menghitam. Tanjakan mulai menguras keringat ini terjadi begitu mulai mendekati tempat awal avalanches tiba-tiba saja tanjakan (yang kalo pendaki di Indonesia suka bilang tanjakan setan) tapi sedikit keuntungan yang saya dapat dari berangkat pagi-pagi adalah saljunya masih kompak jadi walaupun menanjak kaki tidak begitu terperosok. Tapi selain itu kehatian-hatian dan waspada dituntut saat melewati lembah ini karena banyak terdapat creaves (lobang) yang tersembunyi dan siap memerosokan pendaki yang lengah. Setelah melewati daerah creaves sampai pada daerah tanjakan terjal dan musim pendakian ini pendaki tidak begitu banyak, saat ini yang tengah berada pada jalur ini kira-kira 6 orang dan ada juga pendaki yang membawa Ski, yang mana akan digunakan untuk turun… Karena jalur yang saya pakai ini memang terkenal buat Ski mountain. Setelah melewati satu tanjakan terjal, dihadapan saya terbentang puncak Yari. dengan satu tanjakan lagi untuk mencapai puncaknya dan kali ini ngga main-main lebih curam dari tanjakan yang sebelumnya. Tiba-tiba saja turun kabut yang cukup tebal dan menutupi pemadangan tapi meskipun begitu saya masih tetap bisa mendaki karena sepanjang jalur ini telah terdapat Wands atau bendera rute yang terbuat dari bambu dan diberi kain merah yang dipasng oleh pendaki sebelumnya mungkin. Mendekati daerah kaki puncak Yari kabut mulai menghilang. Setelah menyelesaikan tanjakan terakhir, saya sampai dikaki puncak Yari. Dihadapan saya berdiri tegak puncak yang berbatu karang tanpa salju secuilpun, agaknya panas matahari musim semi telah melelehkan lapisan salju tersebut. Saya mencopot crampoon dan mulai mendaki ke puncak Yari. Hanya beberapa menit kemudian saya harus scrambling dan bahkan boleh dibilang climbing. Tapi disini sudah terdapat fixed runner (pengaman tetap) jadi saya tinggal mengkaitkan carabineers dan webing pengaman saya, dan mendekati puncak terdapat tangga besi (waktu mendaki kesini tahun 1993 ini belum ada) yang membantu pendakian.

yari3Sesampai dipuncak sekitar jam 10.00 siang, dipuncak ini terdapat sebuah kuil kecil dan puncak yang kecil dan berukuran kira-kira 3 x 5 meter ini dipenuhi oleh batu karang. Pemandangan dari puncak sangat indah dengan jejeran penggungan alpen Jepang yang memutih tertutup salju. Setelah mengambil photo bendera Highcamp dan bendera Reptil saya mulai turun dari puncak dan berisitrahat sejenak di kaki puncak ini sembari menikmati makanan energy padat serta jus power bar. Beberapa pendaki yang mulai turun. Ada yang berjalan biasa, ada yang memakai ski dan ada juga yang meluncur dengan cara duduk dengan kaki diselonjorkan dan tangan memegang ice axe sebagai penyeimbang dan juga untuk rem. Setelah cukup istirahat saya mulai turun dengan cara meluncur juga…. sangat cepat sekali dan menghemat tenaga. Ditengah perjalanan turun saya bertemu dengan dua pendaki yang bikin saya salut adalah salah satu pendaki tersebut adalah anak kecil berumur 5 tahun dan bapaknya yang kemudian saya ketahui bernama Watanabe. Setelah ngobrol sejenak saya baru maklum ternyata sang bapak adalah pendaki yang punya pengalaman banyak diantaranya adalah pendakian ke Makalu, K2, Lotse, Elbrus, Mckinly. Rupanya sang bapak tengah mendidik putranya untuk menjadi seorang pendaki seperti dirinya. Dari cara Watanabe cilik memegang Ice axe dan cara melangkah dengan crampoon agaknya ajaran sang Bapak sudah dipahami dengan baik…..

Waktu mendaki ke puncak yang memakan 4 jam dan untuk turun saya hanya membutuhkan 2 jam untuk sampai di camp 1. Setelah melakukan packing jam 15.00 sore saya mulai turun menuju Yokosansoo tempat dimana saya akan mendirikan camp2. Turun sangat cepat dengan cara perosotan dan tentu saja saya harus hati-hati agar tidak kelewatan dan terlempar ke jurang yang dibawahnya mengalir sungai. Setelah melewati perjalanan turun, jam 18.00 saya samapai di Yokosansoo. dan setelah membayar buat kapling tempat nenda saya mulai mencari kapling yang punya pemandangan asyik. akhirnya pilihan saya jatuh pada sebuah spot pemandangan yang mirip dengan tebing El capitan di US. Setelah tenda berdiri saya mulai masak sembari menikmati pemandangan dari tenda. Malam ini saya benar-benar makan besar karena waktu yang banyak dan rencanannya saya akan turun menuju Kamikochi besok jam 10.00 pagi. Suhu pada malam hari selama pendakian ini hanya berkisar dari -5° sampai 0° C dan pada siang hari paling hangat sekitar 15°C. Setelah bersantap malam dan diakhiri dengan menikmati buah, saya menyusup ke sleeping bag dan sementara malam diluar turun semakin larut…..

yari4Pagi yang sunyi dipecahkan oleh suara burung gagak. perlahan saya keluar dari kepompong sleeping bag dan membuka pintu tenda. Salju berjatuhan dari flying sheet tenda, tapi matahari sudah bersinar dan termometer berada pada titik 3°C. Masih dingin, tapi saya tetap keluar untuk menyiapkan sarapan. Setelah itu saya sempatkan untuk berjalan-jalan disekitar areal basecamp ini. Setelah puas jepret sana-sini kembali ketenda untuk packing. Tepat jam sepuluh saya sudah siap untuk melanjutkan perjalanan turun menuju Kami kochi. Sepanjang perjalanan turun ketika memasuki daerah Myojin Hut, sering kali saya berpapasan dengan para hiker yang mengunjungi areal wisata alam bebas di Alpen Utara ini.

Jam 13.35 sampai di Kamikochi kemudian saya langsung menuju Ryokan (hotel ala Jepang) Ryokan ini bernama Nisshiitoya-sansoo yang berada persis menghadap kesungai Asuza-gawa. Setelah check-in dan menuju kamar begitu melihat kejendela tampak deretan puncak dari pegunungan alpen utara ini wah…. nice…., tanpa membuang waktu sedikitpun setelah menaruh ransel dikamar dan berganti pakaian, saya segera jalan-jalan disekitar kawasan wisata ini. Tempat yang pertama saya kunjungi adalah Information center. Disini bisa dilihat beberapa koleksi photo dan sejarah dari daerah ini serta lengkap dengan cendramatanya. Tempat berikut yang saya datangi adalah monumen dari Walter Weston (seorang berkebangsaan Inggris) yang merupakan “father of Japanese alpinism” Dia mendaki semua puncak di wilayah ini pada abad ke 19 dan dimana pada waktu itu hanya pendeta Jepanglah yang melakukan pendakian gunung sehubung dengan ritual agama mereka. Semenjak itu mendaki gunung menjadi kegiatan yang menarik di Jepang. Dan Weston jugalah yang memberikan sebutan Japanese Alps pada pegunungan ini dan memperkenalkannya pada dunia. Atas jasanya maka pada sebuah batu yang tepat menghadap pada beberapa puncak dibuatkanlah relief wajah dari Walter Weston ini. Setalah puas berjalan-jalan menikmati suasana dan lagi hari sudah menjelang sore maka saya kembali ke ke Ryokan. Sekarang saatnya menikmati berendam dalam kolam air panas khas jepang yang disebut juga dengan ‘onsen’. Setelah puas berendam kembali kekamar dan mengenakan yukata, sementara makan malam sudah tersedia di kamar, tanpa menunggu lama segera menyantap hidangan tersebut, malam semakin larut dan matapun sudah tidak bisa berkompromi lagi, futon (tempat tidur ala jepang) hangat sudah menunggu, dan tak lama kemudian sayapun sudah terbuai lelap dalam pelukan futon.

Saat bangun keesokan harinya dan begitu melihat keluar kendela…ahhh…. hujan… dan angin dingin yang bertiup cukup kencang puncak-puncak tertutup kabut, mhmm untung saya sudah turun, saya membatin sendiri…, Setelah sarapan dan packing saya bersiap untuk check-out, terpaksa menembus hujan dan angin karena untuk sampai di Terminal memang harus jalan kaki. Sekitar Jam 11.00 bus Alpinco yang akan membawa saya pulang ke Tokyo mulai bergerak, sementara hujan masih turun dengan tiupan angin yang cukup kencang…. Terima kasih tuhan atas kesempatan diberikan cuaca yang baik selama pendakian kemaren dan pendakian pada bulan February kemaren ke Yatsu ga Take. Enam bulan di negri Sakura ini lumayan bisa mendaki 2 kali……