#MountainsMatter

Tema peringatan International Mountains Day 2018 tahun ini sangat menarik perhatian saya, karena dengan berbagai kondisi di gunung-gunung Indonesia saat ini tema ini sangat cocok sekali untuk meningkatkan perhatian dan rasa perduli kita terhadap pegunungan. Isi artikel ini saya sadur dan diterjemahkan secara bebas dari web site FAO, badan dunia yang yang menjadi bagian dari UN. Artikel ini juga menjadi sebuah self-awareness bagi saya pribadi untuk lebih bijak dan perhatian terhadap gunung-gunung saat berkegiatan disana.

Logo International Mountain Day

“#MountainsMatter”adalah tema yang di pilih pada perayaan International Mountains Day pada tahun ini. Meskipun pegunungan sudah disebutkan dalam Agenda 2030, Gunung-gunung masih sering terlupakan. Mengingat peran penting yang dimainkan oleh gunung-gunung ini dalam menyediakan barang dan jasa ekosistim utama untuk planet ini dan kerentanannya dalam menghadapi perubahan iklim, kita perlu melangkah maju dan meningkatkan perhatian terhadap pegunungan”, demikian tulis FAO pada artikel tersebut. Kemudian tema peringantan tahun 2018 tersebut di jabarkan lagi menjadi beberapa sub tema yang menggaris bawahi betapa pentingnya pegunungan bagi kita semua. Berikut sub-sub tema tersebut

#MountainsMatter for Water
Karena gunung adalah ‘menara air’ dunia, menyediakan antara 60 dan 80 persen dari semua sumber daya air tawar untuk planet kita. Namun, semua catatan yang tersedia menunjukkan bahwa gletser di pegunungan di seluruh dunia sedang berkurang dan menghilang karena perubahan iklim. Setidaknya 600 gletser telah hilang sepenuhnya selama beberapa dekade terakhir, mempengaruhi pasokan air yang diandalkan oleh miliaran manusia yang tinggal di hilir.

#MountainsMatter for Disaster Risk Reduction
Karena variasi iklim memicu bencana. Longsor, aliran lumpur dan tanah longsor jatuh ke hilir, melucuti hutan-hutan, membanjiri komunitas dan populasi.

#MountainsMatter for Tourism
Sebagai sebuah tujuan wisata gunung menarik sekitar 15-20 persen dari pariwisata global dan merupakan kawasan keanekaragaman budaya yang penting, pengetahuan dan warisan. Meskipun wisata gunung memiliki potensi untuk mendorong pembangunan ekonomi di daerah terpencil dan terisolir, namun banyak komunitas gunung masih belum mendapatkan manfaatnya dan hidup dalam kemiskinan.

Glacier yang tersisa di Puncak Jaya

#MountainsMatter for Food
Karena pegunungan adalah pusat penting keanekaragaman hayati pertanian dan merupakan rumah bagi banyak makanan yang datang ke meja makan kita, seperti beras, kentang, quinoa, tomat dan barley. Namun, pegunungan adalah rumah bagi beberapa orang yang paling lapar di dunia dengan kerentanan yang tinggi terhadap kekurangan makanan dan kekurangan gizi, dan perubahan iklim mempengaruhi pertanian di gunung.

#MountainsMatter for Youth
Meskipun memiliki pemandangan indah, kehidupan di pegunungan bisa sangat sulit, terutama untuk pemuda pedesaan. Meninggalkan desa mereka untuk mencari pekerjaan di tempat lain telah menyebabkan tidak adanya orang muda dan meningkatnya kekurangan tenaga kerja. Migrasi dari gunung menyebabkan meningkatannya pertanian yang ditinggalkan, degradasi lahan dan seringnya kebakaran hutan. Sedangkan di tingkat komunitas, nilai-nilai budaya dan tradisi kuno menghilang.

#MountainsMatter for Indigenous Peoples
Karena banyak daerah pegunungan yang menjadi tuan rumah masyarakat adat kuno yang memiliki dan memelihara pengetahuan, tradisi, dan bahasa yang berharga. Masyarakat pegunungan telah mengembangkan sistem penggunaan lahan yang luar biasa dan memiliki banyak pengetahuan dan strategi yang terakumulasi dari generasi ke generasi tentang bagaimana beradaptasi dengan variabilitas iklim.

#MountainsMatter for Biodiversity
Sebagai setengah dari hotspot keanekaragaman hayati dunia terkonsentrasi di pegunungan dan pegunungan mendukung sekitar seperempat keanekaragaman hayati terestrial. Pegunungan adalah rumah bagi hewan langka seperti gorila, macan tutul salju dan tahr serta tanaman yang sangat indah seperti anggrek dan lobelias.

Hari Gunung Internasional 2018 akan menjadi kesempatan untuk menciptakan gerakan sosial besar yang dapat membawa isu-isu gunung di meja para politisi. Melalui kampanye global, strategi media sosial, dan acara di seluruh dunia, kami berencana untuk memberitahu dunia bahwa pengabaian pegunungan dan masyarakat pegunungan seperti saat ini harus dihentikan. Karena itu kami meminta semua orang untuk menggunakan tagar #MountainsMatter dalam semua komunikasi mereka yang menentukan mengapa pegunungan penting bagi mereka, demikian tulis FAO dalam menutup artikelnya.

Kondisi pos Kandang Batu Gn. Gede yang masih rimbun ditahun 1995

Semoga hal-hal tersebut diatas menjadi perhatian kita yang sering berkegiatan di gunung, dewasa ini kegiatan mendaki gunung di Indonesia sangat booming namun sayangnya tidak di ikuti dengan kesadaran pelaku kegiatan tersebut dalam meminimalisir atau menghindari impaknya terhadap pegunungan. Tidak hanya pelaku kegiatan, terkadang masyarakat setempat juga memperparah keadaan ini. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kurang atau minimnya pengetahuan terhadap pentingnya memelihara pegunungan.

Namun ada juga kelompok dan komunitas yang sudah melakukan upaya nyata dalam menaggulangi impak kerusakan pada pegunungan di Indonesia seperti misalnya gerakan GUNUNG BUKAN TEMPAT SAMPAH yang mengajak para pelaku kegiatan di gunung untuk membawa kembali sampah mereka. Juga beberapa waktu lalu saya juga sempat mendengar mengenai gerakan ZERO WASTE di kegiatan pendakian gunung. Semuanya adalah usaha nyata dari keperdulian akan kondisi pegunungan Indonesia.

Mari kita mulai dari sendiri untuk lebih peka dan melakukan hal nyata untuk perlindungan pegunungan Indonesia, salah satunya adalah mempraktekan konsep Live no trace dan juga dengan membiasakan diri membawa sampah pribadi turun tanpa mengandalkan teman seperjalanan. Seringkali saya melihat sebuah grup pendakian sampahnya di kumpulkan dalam satu plastik sampah besar lalu pada saat membawa turun semua saling tunjuk untuk membawanya meski akhirnya di bawa tapi tak jarang bungkusan sampah plastik besar tersebut ditinggalkan di pinggir jalan setapak. Agar hal itu tidak terjadi mulailah membiasakan diri untuk mengumpulkan dan membawa sampah sendiri, atau jika berkelompok bagilah sampah kelompok itu merata, semua wajib membawanya turun tanpa terkecuali.

Semoga kita bisa menjaga gunung-gunung Indonesia yang bukan saja sebagai tempat kita bermain tapi juga sebagai tiang penyangga kelestarian alam Indonesia.