Apakah Anda “Responder” terhadap Altitude Training?

RunningMountain1-500

Beberapa orang bisa merespon pelatihan ketinggian, sedangkan lainnya tidak. Itu sudah menjadi kebijakan konvensional selama setidaknya satu dekade, berdasarkan penyelidikan telah ditemukan perbedaan besar dalam respon individu terhadap paparan ketinggian (altitude exposure). Baru-baru ini, analisa “responder vs non-responder” diatas kertas telah menjadi jauh lebih umum pada semua jenis ilmu olahraga. Secara keseluruhan ini adalah tren besar, mengenali jenis perbedaan individu dalam responnya seperti yang ditulis oleh David Epstein di The Sports Gene.

Namun, terdapat juga tamparan bahaya dalam label “responder dan non-responder” yang terlalu bebas, seperti digambarkan oleh sebuah studi yang menarik di British Journal of Sport Medicine. Ini adalah penelitian di Australia pada pemain dari Collingwood Football Club yang mengambil bagian dalam dua camp pelatihan ketinggian yang dipisahkan dalamsetahun. Dalam beberapa hal, hasilnya seperti apa yang diharapkan, di setiap camp, beberapa atlit merespon dengan kuat pada stimulus dan menampilkan kenaikan yang besar pada massa hemoglonin nya, sementara yang lain memiliki respon yang tidak begitu berarti.

Tapi berikut ini intinya: diantara para pemain yang menyelesaikan kedua camp pelatihan tersebut, responder pada camp pertama tidak sama dengan responden pada camp kedua, Berikut ini adalah cara penyebaran hasilnya.

altitude_responders

Sumbu y menunjukkan persentase perubahan massa hemoglobin (salah satu penanda kunci peningkatan kapasitas membawa oksigen dalam darah) setelah camp pertama. Sumbu x menunjukkan hal yang sama untuk camp kedua, dengan masing-masing titik mewakili atlet tunggal.Jika ada sesuatu bawaan lahir dari yang menjadi responder,Anda akan menemukan semua titik-titik yang akan berkerumun di sepanjang garis yang membentang dari kiri bawah ke kanan atas grafik – misalnya mereka yang mencetak nilai rendah di camp pertama juga akan mencetak nilai rendah di camp kedua, dan hal sama juga untuk nilai-nilai yang tinggi. Sebaliknya, titik-titik yang tersebar cukup banyak di seluruh tempat. Dengan kata lain, Anda tidak dapat menggunakan hasil camp ketinggian pertama untuk memprediksi siapa yang akan mendapatkan keuntungan dari camp kedua.

Jadi apakah artinya ini? Ada perbedaan yang sangat besar pada seseorang yang mendapat dorongan 8% dalam hemoglobinnya dan seseorang yang tidak mendapat dorongan sama sekali, jadi ini menjelaskan apa? Salah satu pengamatan tambahan adalah bahwa atlet yang nilai hemoglobinnya lebih rendah pada awal setiap camp sedikit lebih mungkin untuk melihat peningkatannya selamadi camp, dan penignkatan yang masuk akal secara intuitif. Ada kemungkinan status responden tergantung pada spesifik status pre-camp- yaitu fluktuasi kadar hemoglobin dan mungkin status pelatihan danseterusnya – daripada beberapa sifat bawaan lahir.

Pada titik ini, ilmu pelatihan ketinggian terlalu rumit untuk ditarik kesimpulan tegasnya. Tapi point yang lebih umum layak disimpan didalam pikiran. Yaitu, segala macam intervensi pelatihan memiliki variabilitas individu dalam merespon nya – tapi jangan karena hanya sesuatu tersebut tidak bekerja untuk Anda, jangan anggap bahwa Anda adalah seorang “non-responder.” Label-label tersebut hanya bisa diterapkan pada pola yang secara konsisten diamati dalam beberapa percobaan independen.

 

(* Sumber Sweet science, Runnersworld – terjemahan bebas.